Senin, 09 Maret 2009

TEDONG / KRBAU SIMBOL STATUS SOSIAL



LATAR BELAKANG

Indonesia terdiri dari beraneka macam suku dan ras juga memiliki beraneka ragam budaya dan tradisi yang sangat unik, salh satunya adalah suku Toraja dengan tradisi budayanya yaitu upacara kematian Rambu solo. Rambu solo adalah upacara kematian untuk orang yang sudah tua ( kakek-nenek), diadakan turun temurun di tanah Toraja, Sulawesi selatan yang diadakan dengan adat yang sangat kuat. Upacara kematian ini, berbeda dengan upacara-upacara kematian biasanya. Upacara kematian Rambu Solo ini diadakan dengan sangat meriah dan mewah layaknya sebuah pesta. Namun upacara kematian ini tidak sedikitpun melambangkan upacara kematian tetapi lebih berupa pesta perayaan! Karena itu upacara kematian ini sering disebut pesta kematian. Mereka meyakini bahwa dengan mengadakan upacara adat ini roh si mati dapat diiring sampai mencapai Nirwana keabadian

Pada upacara kematian ini penggunaan simbol-simbol sangat berperan penting, salah satunya adalah penggunaan simbol kerbau sebagai syarat utama dalam upacara kematian Rambu Solo. Rambu Solo adalah upacara kematian untuk menghormati orang tua yang telah mati sebagai pertanda hormat pada si mati atas jasa-jasa semasa hidupnya. Sama seperti adat-adat daerah lain yang menggunakan simbol sebagai perlambang atau tanda dalam suatu upacara adat. Begitu juga masyarakat tanah Toraja yang menggunakan simbol kerbau sebagai tanda mereka. Mereka meyakini bahwa kerbau inilah yang nantinya akan membawa roh si mati menuju nirwana alam baka ( roh si mati menunggangi kerbau). Kerbau di keseharian kehidupan masyarakat Toraja merupakan hewan yang sangat tinggi maknanya dan dianggap suci juga melambangkan tingkat kemakmuran seseorang jika memilikinya karena harga satu ekor kerbau bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah.

Simbol adalah sesuatu yang biasanya merupakan “tanda” kelihatan yang menggantikan gagasan atau obyek. Dalam arti yang tepat simbol adalah “citra” atau imej yang menunjuk pada suatu tanda indrawi dan realitas supra indrawi, dan dalam suatu komunitas tertentu tanda-tanda indrawi langsung dapat dipahami, misalnya sebuah tongkat melambangkan wibawa tertinggi. Simbolisme dipakai sebagai alat perantara untuk menguraikan sesuatu.

Simbolisme juga sangat berperan dalam kebudayaan tanah Toraja. Simbolisme dipakai sebagai alat perantara untuk menguraikan sesuatu atau mengambarkan sesuatu misalnya pada pada pesta pernikahan, perayaan kelahiran dan pada upacara kematian. Dalam adat Sulasewi Selatan khususnya tanah Toraja pengunaan simbol-simbol erat sekali dengan kehidupan dan keseharian masyarakatnya.

Disini yang akan dibahas adalah simbol ” kerbau “ yang dipakai pada tradisi upacara kematian “ Rambu Solo “ di tanah Toraja. Keseharian masyarakat Tana Toraja, Sulawesi Selatan, tak bisa dipisahkan dengan hewan ternak kerbau. Ini berlangsung hingga sekarang. Bahkan, sebelum uang dijadikan alat penukaran transaksi modern, hewan bertanduk ini sudah kerap ditukar dengan benda lain. Selain memiliki nilai ekonomis tinggi, hewan bertubuh tambun ini juga melambangkan kesejahteraan sekaligus menandakan tingkat kekayaan dan status sosial pemiliknya di mata masyarakat.

Kerbau Tana Toraja memiliki ciri fisik yang khas ketimbang daerah lain, terutama pada warna kulitnya yang belang menyerupai sapi. Orang Toraja biasa menyebut jenis kerbau ini Tedong Bonga. Lantaran kulitnya yang aneh, maka kerbau belang memiliki arti penting dalam setiap ritual pesta kematian atau Rambu Solo. Kerbau ini diperlakukan secara khusus. Semenjak kecil sudah dikebiri oleh pemiliknya sehingga dianggap suci sebagai hewan kurban pada upacara Rambu Solo`.

Tak salah jika harga kerbau setengah albino ini menjadi mahal. Harga seekor hewan yang masuk golongan kerbau lumpur (Bubalus bubalis) itu kira-kira Rp 50 juta hingga Rp 100 juta. Jumlah yang cukup besar memang. Selain kerbau belang, kerbau biasa pun juga akan dikurbankan dalam ritual Rambu Solo`. Salah satunya bernama Bantu Pako. Kerbau berbobot 200 kilogram, harganya bisa mencapai Rp 20 jutaan. Namun, hewan tersebut nasibnya hanya untuk diadu dan dikurbankan.



Makna Kerbau Zaman Dahulu

Dahulu kerbau hanya sebagai hewan yang biasa-biasa saja yang dipakai untuk mengarap atau membajak sawah dan digunakan sebagai alat tarnsportasi rakyat yang sangat kuat. Kerbau sangat membantu didalam kelangsungan hidup masyarakat. Namun seiring bergesernya kerbau semakin dihargai karena memiliki andil besar dan berjasa didalam membantu kegiatan kerja juga kelangsungan hidup masyarakat Toraja. Selang waktu berlalu akhirnya penghargaan kepada hewan kerbau ini semakin lama semakin besar dan hewan kerbau ini didaulat dan diangkat sebagai simbol masyarakat tanah Toraja yang dianggap sangat membantu kelangsungan hidup masyarakat Tanah Toraja, karena membantu mengolah dan menyuburkan tanah persawahan mereka sebagai lumbung hidup mereka.



Makna Kerbau Sekarang

Seiring waktu berlalu akhirnya kerbau sebagai simbol masyarakat Toraja memiliki nilai yang sangat tinggi di mata masyarakat toraja dan menjadi alat tukar dengan benda lain dan akhirnya satu ekor kerbau pun memiliki nilai jual yang sangat-sangat tinggi dan tidak terjangkau oleh kaum strata bawah karena harga jualnya yang sangat tinggi dan daya beli kaum bawah tidak menjangkau. Dahulu kerbau ini digunakan dalam upacara-upacara adat oleh seluruh lapisan masyarakatvtanpa mengenal strata sosial. Namun seiring berputarnya waktu terjadi pergeseran nilai budaya dan kerbau sebagai hewan kurban yang hanya biasa-biasa saja berubah makna menjadi hewan yang sangat istimewa dan dianggap suci juga bernilai tinggi sekali bagi masyarakat Toraja, apalagi dalam upacara-upacara adat yag besar di tanah Toraja seperti salah satunya upacara adat ternama dan terbesar yaitu upacara kematian “ Rambu Solo “ yang mengunakan kerbau sebagai simbol paling utama sebagai hewan kurban dalam puncak acara prosesi upacara kematian Rambu Solo ini. Tidak layak dilaksanakan upacara Rambu Solo ini jika tidak ada kerbau untuk dikurbankan. Juga di mata masyarakat tanah Toraja kerbau pun menjadi hewan yang melambangkan kesejahteraan sekaligus menandakan tingakt kekayaan dan sebagai status sosial bagi pemiliknya di mata masyakarat.

Jenis – Jenis Kerbau

Kerbau di bagi tiga jenis sesuai tingkatan nilainya, antara lain:

• kerbau hitam biasa harganya berkisar 10-30 juta.

• kerbau balian/kerbau aduan harganya berkisar 20-90 juta.

• kerbau belang/Bonga warnanya setengah albino yang sangat mahal harganya bisa mencapai 100 juta rupiah lebih per ekor, rupanya besar kekar seperti banteng namun memiliki belang seperti sapi dan berbulu ( kerbau inilah yang sangat istimewa dan dibanggakan pada pesta kematian Rambu Solo).

Makna Kerbau Sebagai Simbol Status Sosial Dalam Tradisi Rambu Solo

Upacara kematian Rambu Solo ini menghabiskan dana/biaya yang bukan main banyaknya ( ratusan juta sampai milyaran rupiah ). Dana sebanyak itu untuk membangun rumah-rumah sementara dari bambu di tanah lapang yang sangat luas sekali untuk ratusan bahkan ribuan tamu yang diundang dari berbagi strata sosial, wisatawan asing maupun lokal yang akan datang melayat/menghadiri upacara kematian ini dan yang paling utama dari upacara ini adalah biaya pembelian kerbau-kerbau yang harganya sangat mahal sekali! ( siapa yanmg mampu membeli dan memotong kerbau paling banyak nama keluarganya akan terangkat tinggi sekali di mata masyaratnya ), harga satu ekor kerbau bisa mencapai seratus juta rupiah dan biasanya keluarganya membeli lebih dari seratus ekor kerbau.

Jadi barang siapa yang dapat mempersembahkan banyak kerbau dalam sebuah upacara kematian maka nama keluarganya akan terangkat tinggi sekali didalam masyarakat dan akan sangat dihargai juga disegani. Jadi selain karena adat masyarakat Toraja juga beranggapan bahwa pengurbanan kerbau-kerbau ini merupakan persaingan status sosial dalam masyarakat, Juga nama besar yang terelu-elukan akan mereka dapat, mereka juga mengaggap bahwa dengan banyaknya kerbau yang mereka persembahkan akan cepat mengantarkan roh si mati menuju nirwana ( konon arwah si mati menunggangi kerbau – kerbau suci tersebut ). Kerbau - kerbau ini nantinya dipotong/disembelih lalu dagingnya dibagi-bagikan kepada ratusan masyarakat yang datang pada upacara ini, pembagian daging ini juga sesuai dengan dengan kelas sosial si pelayat dalam masyarakat, jadi daging yang dibagi-bagikan kepada pelayat juga berbeda jumlah dan kualitasnya sesuai kelas/strata sosial seseorang, maksudnya ialah kelas orang terpandang mendapatkan daging yang banyak dengan kualitas daging terbaik dan kelas strata bawah hanya mendapat daging sedikit dan dengan kualitas biasa saja.

Intinya adalah hanya orang-orang berduit banyak saja yang dapat melakukan upacara Rambu Solo yang sangat erat dengan simbol kerbau yang terkenal di tanah Toraja ini.



Sudut Pandang Metafisis

Mereka mempercayai bahwa roh si mati menunggangi salah satu kerbau yang teristimewa ( kerbau belang/bonga) dan kerbau-kerbau hitam lainnya menjaga dan mengiringi perjalanan roh si mati menuju alam nirwana keabadian dan juga semakin banyak kerbau yang dikurbankan semakin cepat dosa si mati terhapuskan dan mendapat tempat di sisi-NYA, dan makin banyak kerbau yang dikurbankan juga akan melambangkan kelayakan kehidupan sang mendiang di alam baka. Dan banyaknya kerbau yang dikurbankan selain menjaga keselamatan roh si mati menuju alam nirwana juga secara tidak langsung akan meninggalkan ketentraman batin bagi seluruh keluarga yang ditinggalkan didunia.

Menurut aturan mainya keluarga yang ditinggalkan harus mengorbankan banyak kerbau atau babi untuk si mati agar kerbau dan babi tadi dapat menjaga perjalanan si mati agar terhindar dari malapetaka yang akan muncul seiring perjalanannya menuju alam nirwana. Disamping itu apabila seseorang yang meninggal dan jiwanya keluar dari jasadnya dan kemudian masuk dalam phase kehidupan baru di alam puya ( alam baka ), dan bertemu dengan penguasa alam puya bernama Puang lalodongna , yang mendapat kekuasaan penuh dari Puang matua ( Tuhan ), untuk mengatur dan menertibkan kehidupan arwah-arwah manusia yang sudah meninggal. Pada saat arwah si mati menghadap puya , ia akan ditanya sudah seberapa baikkah upacara kematianmu dilaksanakan dengan baik sesuai aturan yang berlaku? Yaitu dengan banyaknya kurban kerbau-kerbau yang dipersembahkan! jika ternyata belum selesai dan tidak sesuai aturan yang benar maka arwah si mati tidak di perbolehkan memasuki puya ( alam baka ) dan harus kembali ke dunia semula dan hidup dalam dunia antara kematian dan kehidupan ( maya ) dan arwah-arwah yang ditolak inilah yang bergentayangan dan mengganggu manusia disekelilingnya.

Konsep ajaran orang Toraja tak melihat kematian sebagai sesuatu yang harus ditakuti. Bagi mereka, kematian adalah bagian dari ritme kehidupan yang wajib dijalani. Walau boleh ditangisi, kematian juga menjadi kegembiraan yang membawa manusia kembali menuju surga, asal-muasal leluhur. Dengan kata lain, mereka percaya adanya kehidupan setelah kematian. Didalam upacara kematian Rambu Solo Kesedihan tidak terlau tergambar diwajah-wajah keluarga yang berduka, sebab mereka punya waktu yang cukup untuk mengucapkan selamat jalan kepada si mati, sebab jenazah yang telah mati biasanya disimpan dalam rumah adat ( tongkonan ), disimpan bisa mencapai hitungan tahun. Maksud dari jenazah disimpan ada beberapa alasan, pertama adalah menunggu sampai keluarga bisa atau mampu untuk melaksanakan upacara kematian Rambu Solo, kedua adalah menunggu sampai anak-anak dari si mati datang semua untuk siap menghadiri pesta kematian ini. Karena mereka menganggap bahwa orang yang telah mati namun belum diupacarakan tradisi Rambu Solo ini dianggap belum mati dan dikatakan hanya sakit, karena statusnya masih “ sakit “. Orang yang sudah meninggal tadi harus dirawat dan diperlakukan sebagai orang yang masih hidup. Pada masyarakat pemeluk Aluk Todolo ( agama kepercayaan masyarakat terdahulu ), juga pada sebagian keluarga yang telah menjadi kristen atau katolik, perlakuan tadi termasuk menyediakan makanan, minuman, rokok dan sirih. Pihak keluarga juga harus selalu menjaga agar “ si sakit “ tidak mendapat gangguan dalam bentuk apapun, termasuk menjaganya pada malam hari sampai pada diupacarakan baru bisa dikatakan “ mati/meninggal”. Karena lamanya jenazah disimpan dan ada bersama diantara orang-orang hidup dalam keluarga maka sedikit demi sedikit aroma kesedihan itu terkikis dan akhirnya sampai pada upacara kematiannya kesedihan tidak terlalu tergambar pada wajah-wajah keluarga yang berduka.



KESIMPULANNYA

APA yang dilakukan dalam pesta Rambu Solo sesungguhnya hanyalah sebuah simbol. Simbol dari sebuah tradisi yang turun temurun. Sebab, dalam pelaksanaan upacara ini, ada yang lebih penting; ada makna yang terkait erat dengan kepercayaan masyarakat.

Bagi sebagian orang, tradisi ini bisa jadi dinilai sebagai pemborosan. Sebab, demikian besar biaya yang harus dikeluarkan untuk penyelenggaraannya. Bahkan, ada yang sampai tertunda berbulan-bulan untuk mengumpulkan biaya pelaksanaan upacara ini; bahkan yang menyatakan, orang Toraja mencari kekayaan hanya untuk dihabiskan pada pesta kematian.

Pandangan lain menyatakan, sungguh berat acara itu dilaksanakan. Sebab, orang yang kedukaan justru harus mengeluarkan biaya besar untuk pesta. Untuk diketahui, hewan-hewan yang dikorbankan dalam upacara itu, ternyata bukan hanya dari kalangan keluarga yang meninggal, tetapi juga merupakan bantuan dari semua keluarga dan kerabat. Selain itu, hewan yang dikorbankan itu juga dibagi-bagikan, termasuk disumbangkan ke rumah-rumah ibadah. Pesta ini sesungguhnya menjadi simbol dari upaya melestarikan tradisi tolong-menolong dan gotong-royong.

Bagi masyarakat Toraja, berbicara pemakaman bukan hanya berbicara upacara, status, jumlah kerbau yang dipotong, tetapi juga soal malu (siri'). Makanya, upacara Rambu Solo juga terkait dengan tingkat stratifikasi sosial. Dulunya, pesta meriah hanya menjadi milik bangsawan kelas tinggi dalam masyarakat ini. Akan tetapi, sekarang mulai bergeser. Siapa yang kaya, itulah yang pestanya meriah.

Dalam upacara Rambu Solo ini simbol kerbau sangat berperan penting didalam membentuk konsep kelas sosial atau strata sosial di mata masyarakat Toraja dan masyarakatnya mempercayai bahwa dengan banyaknya kerbau-kerbau yang dikurbankan akan lebih cepat mengantarkan roh si mati menuju nirwana keabadian, karena kerbau-kerbau inilah yang akan mengiringi perjalanan roh si mati menuju alam baka. Dan sama sekali tidak ada kesenjangan sosial pada masyarakat kalangan bawah yang tidak dapat melaksanakan upacara Rambu Solo ini karena dengan adanya upacara kematian ini juga membawa berkah bagi rakyat kalangan bawah karena mendapat bagian daging dari kerbau-kerbau yang dipotong/disembelih. Jadi dengan adanya kerbau sebagai simbol adat dengan kehidupan masyarakat Toraja dan terlebih dalam ritual kematian Rambu Solo ini dapat menjelaskan eksistensi dari penggelar ritual ini dengan mengedepankan kerbau sebagai simbol status dari pemiliknya

1 komentar:

  1. Bonus Casino Online Spesial Dari Agen Judi Online Bolavita !
    Bonus 100% Bila Menang Beruntun 8x, 9x, 10x

    Tersedia Banyak Provider Yang Lengkap !
    » SBOBET 338a
    » SA Gaming
    » Sexy Gaming
    » Fun BET
    » Asia Bet
    » E-Bet
    » WM Casino

    Promo Spesial :
    • Bonus Deposit Pertama 10%
    • Bonus Deposit Harian 5%
    • Bonus Rollingan 0.8%
    • Bonus Referral 7% + 2%

    Daftar & Klaim Bonusnya Sekarang Juga !
    Tersedia Deposit & Withdraw Via : OVO, Gopay, Dana, Linkaja, Sakuku, Pulsa Dan Semua Jenis Rekening Bank Di Indonesia !

    Hubungi Kontak Resmi Kami Dibawah ini (Online 24 Jam Setiap Hari) :

    » Nomor WhatsApp : 0812–2222–995
    » ID Telegram : @bolavitacc
    » ID Wechat : Bolavita
    » ID Line : cs_bolavita

    BalasHapus